Kami Masih Muda !!
Sadarlah wahai orang muda… Malulah dengan apa yang kamu katakan Kamu hanya bisa berteriak-teriak Menantang matahari Seolah-olah menguras lautan Lalu coba lihat apa yang sudah kamu lakukan Berpikirlah rasional Kita tidak bisa hidup hanya dengan memakan puisi Kita tidak akan kenyang dengan orasi-orasi Demonstrasi itu cuma basa-basi Itu bukanlah sebuah aksi Tenanglah sedikit Emosimu terlalu berlebihan Tenagamu kau terbuang sia-sia Kenapa kau tidak membajak sawah saja Kerbau-kerbau kita sudah semakin malas Kita basmi tikus-tikus Ular-ular sudah tidak mau memakannya lagi Bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam di lereng strategis sebuah bukit kecil menghadang konvoi nica bagaimana jantung kalian deras berdebar ketika iring-iringan kendaraan itu semakin mendekat lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru dan kau rebah ke tanah berlumur darah terbaring beku di rumput ilalang dalam lengang yang panjang kami tak tahu ketika itu kami belum tumbuh di rahim ibu bagaimana kalian dalam seragam kumal baju compang-camping menyandang karaben Jepang di front-front terdepan bagaimana kalian terpelanting dari tebing-tebing pertempuran bagaimana kalian menyerbu tank dengan bambu runcing bagaimana kalian bertahan habis-habisan ketika dikepung musuh dari segala penjuru bagaimana kalian terbaring di dinding-dinding kamar pemeriksaan nefis bagaimana kalian mengunci rapat rahasia pasukan dalam mulut yang teguh membisu walau dilistrik jari-jarimu dan dicabuti kuku-kukumu bagaimana kesetiakawanan yang menulang-sumsum bagaimana kaum ibu sibuk bertugas di dapur umum bagaimana kalian sudah merasa bangga kalau ke markas bisa naik sepeda bagaimana semua itu sungguh-sungguh terjadi dan bukan dongeng dan bukan mimpi kami tak alami kami belum hadir di bumi ini bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung pastilah satu memori yang agung tapi adalah memori kalian dan bukan nostalgia kami kemerdekaan telah kalian rebut kemerdekaan telah kalian wariskan kepada negeri ini kepada kami anak-anakmu kemerdekaan menjadikan kami jadi generasi yang tak kenal lagi rasa rendah hati seperti yang kalian rasakan di zaman penjajahan kemerdekaan ke sekolah naik sepeda bukan lagi segumpal rasa bangga seperti kalian dulu di tahun tiga puluh kami anak-anakmu telah kalian belikan sepeda motor baru untuk sekolah, ngebut dan pacaran tetapi kemerdekaan yang juga bahkan menyadarkan kami tentang peranan yang harus kami mainkan sendiri dengan tangan sendiri dengan keringat sendiri sengan bahasa kami sendiri dalam lagu cinta tak bersisa pada tumpah darah Indonesia Kemerdekaan kami tahu tak hanya dalam deru sepeda motor tak cuma meluku tanah dengan traktor kemerdekaan bukan hanya langkah-langkah kami ke gedung-gedung sekolah kemerdekaan bukan hanya langkah-langkah petani ke petak-petak sawah kemerdekaan alah pula pintu terbuka bagi langkah-langkah pemilih ke kotak-kotak suara kemerdekaan adalah ketika hati nurani bebas melangkah dengan gagah bebas berkata tanpa terbata-bata
"Satu hal pemikiran telah datang
Hancurkan rongga-rongga kepalsuan
Tak sabar menunggu datangnya kepastian
Panas di hati sudah tak tertahankan
**
Kami muda punya harapan
Kami muda punya tujuan
Tuk membangun s'mua tantangan
Kehadiran dan keseimbangan
Kami masih muda
Masih punya banyak cita
Kami masih muda
Jelang esok penuh pesona" By Bunga Hitam